Kamis, 04 Desember 2008

MENDENGAR SUARA HATI


Hati itu merasa, bepikir, mendengar dan bersuara. Suara hati terus bisa lembut, bisa begitu kencang. Suara hati yang lembut justru lebih mudah didengar, sedangkan suara hati yang kencang, nyaris tak terdengar. Perhatikan dalam kerumunan orang, masing-masing hatinya bersuara sendiri-sendiri.
Mereka merindukan pemimpin atau tokoh yang mengkonsolidasikan suara hati. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang mampu mendengar suara hati, menanggapinya dan memberikan keteduhan hati. Suara hati adalah suara yang bersih, jujur dan obyektif. Kecuali kalau hatinya dalam keadaan berpenyakit.


Suara hati tak pernah berhenti, selalu terdengar kalau memang didengar. Menjadi samar-samar kalau telinga hati kurang berfungsi, bahkan tidak terdengar kalau telinga hati tuli. Suara hati pada dasarnya adalah kesadaran. Sedangkan kesadaran tertinggi adalah kesadaran akan posisi diri sebagai mahluk yang diciptakan, kesadaran akan keberadaan Allah SWT, sebagai Sang Pencipta, atau Sang Khalik.


Mari dengar suara hati masing-masing. Belum terdengar, coba lebih berkonsentrasi, lebih fokus. Hati berbisik, bahkan berteriak. Lantas, apakah kehendak hati saat ini ? Apakah ada kesesuaian antara suara hati dengan pikiran dan tindakan kita. Jika cocok, di sanalah letak kebahagiaan hidup. Hidup yang tenang, damai, bahagia dan sejahtera hanya terjadi jika ada kesatuan atau kekompakan antara suara hati, pola pikir dan tindakan.

1 komentar:

Akang Ganteng mengatakan...

Tulisan yang sangat menggugah. Terus berkarya !