Selasa, 02 Desember 2008

HATI YANG BERSIH


Hati yang bersih bukan berarti hati yang bebas noda 100 persen. Noda itu selalu ada, tapi seberapa banyak. Itulah manusia, tak ada yang hatinya bersih 100 persen, kecuali para nabi dan rasul yang dibimbing Allah SWT, Tuhan pencipta alam semesta.
Oleh sebab itu, kita dipandu untuk terus mengingat Allah, terus memohon ampunan, terus mendekatkan diri kepadaNya. Karena pada dasarnya hati itu labil, selalu oleng ke kanan dan ke kiri, selalu resah dan gelisah. Untuk mengatasinya, hanya ada satu cara, yaitu merasakan kehadiranNya. Memang tidak mudah.


Hati yang bersih artinya hati yang mendekati suci. Dengan demikian, setiap noda yang berusaha menepi, segera dihalau, dijauhi. Kalau noda itu melekat dan bertambah banyak, maka akan makin sulit untuk dibersihkan. Itulah latar belakang, kenapa kita harus sholat lima kali sehari (yang wajib), yang disertai bersuci (wudhu).


Lantas, kenapa manusia hatinya selalu labil, tidak pernah statis? Ada beberapa aspek yang mempengaruhinya. Aspek internal, seperti tidak adanya upaya penguatan dan pengembangan hati. hati dibiarkan tanpa makanan dan minuman hati. Hati menjadi kelaparan, hampa dan merana. Aspek eksternal meliputi godaan dari syetan yang berwujud manusia dan syetan yang berwujud jin. Hati yang suci bisa mendadak kotor dalam hitungan detik, hanya karena ajakan seorang teman. Begitu pula sebaliknya, hati yang suci bisa bertambah suci, juga karena pengaruh seorang teman. Maka tak heran, jika ada istilah teman sehati. Jadi harus diperjelas, visi, misi dan fondasi hatinya seperti apa. Tak lain supaya hati tetap bersih.

Tidak ada komentar: