Hati memiliki mata, sehingga memungkinkan untuk melihat hakikat atau esensi kehidupan. Dengan mata hati pula manusia bisa ‘melihat’ kekuasaan Tuhan. Hati bisa berkata-kata. Kata hati adalah kata-kata yang keluar dari hati, biasanya jernih memuat tentang esensi kehidupan.
Berhati-hatilah dalam berpikir, ternyata pikiran mempengaruhi nasib. Sebenarnya ada yang lebih penting dari sekedar berpikir positif, yaitu berperasaan positif. Orang yang berpikir positif belum tentu berperasaan positif. Sebaliknya, orang yang berperasaan positif, sudah tentu akan berpikir positif. Berpikir positif adalah kerja otak, sedangkan berperasaan positif adalah kerja hati. Dengan demikian, berperasaan positif ialah bagaimana menggunakan mata hati dan kata hati hanyalah dibatasi pada hal-hal yang positif. Enyahkan semua yang negatif, jangan biarkan mendekati hati.
Hati itu begitu sensitif, begitu peka, mudah terpengaruh, gampang terlarut. Beragam informasi yang ditangkap melalui panca indra, dengan secepat kilat bisa singgah dihati, dan hatipun menanggapinya. Oleh sebab itu diperlukan filter hati, supaya informasi yang negative bisa ditolak secara tegas. Filter hati itu ialah mata hati yang jernih dan kata hati yang baik. Dari melihatnya mata terhadap sesuatu, maka gambarnya akan ditangkap hati, disimpan, diproses, sehingga munculah reaksi hati. Jika gambarnya buruk, diproses lalu dienyahkan, maka reaksi hati menjadi netral. Sebaliknya, kalau gambar buruk tersebut dicerna hati, bahkan disimpan hati, maka akan muncul reaksi hati yang negatif. Sedangkan, kalau yang dilihat mata itu gambar baik, maka setelah dicerna akan muncul reaksi hati yang positif. Jagalah hati, jangan kau nodai. Memang hati itu begitu mudah dinodai dan dikotori, sehingga mata hati dan kata hati menjadi buram, tidak jernih. (Atep Afia)
Sumber Gambar :http://zahead.spaces.live.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar