Selasa, 13 Januari 2009

ORANG DAN DUNIANYA

Setiap orang, siapapun dengan atau tidak sengaja selalu membentuk ‘dunianya’. Sebenarnya setiap orang memiliki dunia-nya masing-masing, punya sudut pandang atau persepsi masing-masing yang bisa berbeda dengan orang lainnya. Ada istilah ‘kesamaan persepsi’, hal tersebut artinya antara satu orang dengan orang lainnya, misalnya sahabatnya ada kesamaan cara pandang, terdapat banyak titik temu dalam dunianya masing-masing. Ada juga orang yang dikenal suka ‘memaksakan kehendak’, artinya orang tersebut tidak memahami dunia orang lain. Menurut pendapatnya, antara dirinya dan orang lain harus selalu ada kesamaan sudut pandang.


Beragam konflik yang terjadi di dunia ini tak lain adanya infasi terhadap dunia orang lain. Terjadinya pemaksaan kehendak supaya orang lain mengikuti kemauannya. Sementara orang lain tidak menyerah begitu saja, tetapi memberi perlawanan. Jika konflik kepentingan ini di tingkat kepala Negara, maka perang antar Negara pun menjadi sulit terhindarkan. Jika konflik tersebut terjadi pada orang-per orang, maka bisa saja menyebabkan perang dingin atau perkelahian.

Memahami dunia orang lain jelas tidak mudah. Sebagai modal utamanya ialah simpati dan empati. Simpati artinya memberikan pengakuan terhadap keberadaan dunianya orang lain. Sedangkan empati artinya merasakan pergerakan yang terjadi di dunia orang lain. Dengan simpati dan empati, maka interaksi antar dunia menjadi harmonis, beragam konflik kepentingan bisa diselesaikan secara bijak dan penuh toleransi. Contoh kasus, disebuah rumah yang hanya memiliki satu unit pesawat televisi, konflik antar dunia sering terjadi. Makin banyak anggota keluarga, maka makin sering terjadi konflik. Kecuali jika di rumah tersebut terbiasa dengan saling ber-simpati dan ber-empati. Jika si Ayah penggemar berat sepak bola, sementara si Ibu penggemar sinetron, si anak paling kecil fil kartun, serta anak pertama dan kedua penikmat musik. Nah, dalam waktu yang bersamaan, empat stasiun televise menyajikan acara-acara tersebut. Jelas yang terjadi ialah tuntutan masing-masing orang untuk menonton acara pilihannya, lalu siapa yang harus mengalah. Persoalan sederhana ini tentu membutuhkan manajemen konflik yang baik, sehingga tidak ada satu orang pun yang merasa aspirasinya tidak tersalurkan.

Menurut Dr Ibrahim Elfiky (2007), seorang maestro motivator dunia, setiap orang memiliki serangkaian nilai dan kepercayaan yang melatarbelakangi setiap tingkah lakunya. Jika anda berupaya mengubahnya sesuai keinginan anda, hal ini bisa menjadi tantangan atau kekecewaan. Kekecewaan muncul sebagai akibat tidak adanya perubahan nilai dan perilaku orang tersebut. Perubahan kecil yang akan anda rasakan kemungkinan disebabkan rasa takut dan merasa sia-sia karena dengan cepat orang tersebut akan kembali ke kebiasaan lamanya.

Karakter, sikap, etika, temperamen seseorang terbetuk dalam proses yang panjang dan kompleks. Faktor genetik, lingkungan serta pendidikan (budidaya pribadi) sangat berpengaruh terhadap pembentukan ‘dunianya’. Dengan demikian, upaya mengubah dunia orang lain sangat tidak mudah, perlu penetrasi ke dalam cara berpikir dan berperasaannya, memahami sikap dan kebiasaannya, dan akhirnya mendalami karakternya.

Kepentingan seseorang terhadap orang lainnya, sebenarnya tidak menyangkut ‘dunianya’ secara total, tetapi hanya sebagian kecil saja, terutama menyangkut keinginan-keinginan tertentu supaya orang lain melakukan sesuatu. Misalnya seorang direktur sebuah perusahaan, menghendaki peningkatan disiplin pada para karyawannya. Seorang tenaga marketing menginginkan orang membeli produk yang dijualnya. Seorang guru menghendaki murid-muridnya memahami apa yang diajarkannya, atau seorang ayah dan ibu yang mengehendaki anak-anaknya menjadi anak yang berbakti. Dengan demikian, tidak perlu menyentuh ‘dunianya’ secara total, cukup wilayah-wilayah tertentu yang strategis dijadikan ‘sasaran tembak’. (Atep Afia)

Tidak ada komentar: